Bapak Sanusi Berpesan Hambatan Perubahan Bisa dari Orang Terdekat
HUMAS - Plt Bupati Malang Sanusi beserta istri secara khusus menghadiri dan menonton pertunjukan ketoprak yang mengusung judul Madege Bhumi Singhasari. Sebuah babad tentang bangkitnya Kerajaan Singosari yang merupakan cikal-bakal berdirinya Malang Raya, khususnya Kabupaten Malang.
Sanusi juga memberikan sambutan untuk membuka pagelaran ketoprak yang dimainkan oleh seluruh kepala SMP se-Kabupaten Malang dalam rangkaian Expo Pembangunan Malang Kabupaten 2019 di halaman luar Stadion Kanjuruhan, Kota Kepanjen.
Secara antusias, Sanusi beserta beberapa pejabat teras Kabupaten Malang menonton 10 babak atau adegan yang juga ditujukan untuk melestarikan dan mengenalkan budaya dan seni asli Indonesia kepada masyarakat luas ini.
Politikus PKB ini pun mengapresiasi kemahiran para kepala SMP yang keseharian mengawal proses belajar mengajar di wilayah sekolahnya masing-masing. Dia juga menyampaikan pesan kuat atas pertunjukan ketoprak dengan tema bangkitnya Kerajaan Singosari itu.
"Saya mengapresiasi pertunjukan seni budaya asli milik kita ini. Sekaligus mengingatkan bahwa sesuai tema ketoprak, ada spirit yang ingin diusung di masa kini dalam konteks pembangunan di Kabupaten Malang, yaitu perubahan," ucap Sanusi.
Dalam konteks perubahan ke arah yang lebih baik di Kabupaten Malang ini, lanjut Sanusi, tentunya siapa pun akan menghadapi berbagai pro dan kontra. Ibarat dalam pertunjukan ketoprak Madege Bhumi Singhasari, menuju perubahan yang lebih baik harus dilalui dengan peperangan.
"Tak terkecuali di masa saat ini. Akan ada banyak cobaan, rintangan dan hambatan untuk menyukseskan pembangunan di Kabupaten Malang. Berbagai hambatan itu tidak hanya dari orang di luar atau jauh dari kita. Tapi bisa orang-orang terdekat yang ada di sekitar kita," ujarnya.
Maka, tegas Sanusi, kita harus selalu hati-hati dan waspada. "Sehingga langkah kita menjadi lancar di tengah banyaknya hambatan yang berasal dari orang-orang terdekat khususnya serta dari luar," imbuhnya.
Pesan kuat yang disampaikan Sanusi seusai menonton ketoprak itu merujuk pada berbagai catatan sejarah Kerajaan Singosari yang dituliskan sampai saat ini sangat berdarah-darah. Yakni tumpuk kekuasaan Singosari yang direbut oleh Ken Arok harus dilalui dengan lumuran darah dan strategi saling tusuk-menusuk.
Dalam perjalanan Singosari yang masih banyak dipahami dan diyakini kebenarannya adalah terkait pembunuhan Ken Arok oleh anak tirinya, Anusapati, dan rangkaian pembunuhan yang terjadi dan dilakukan orang-orang terdekat dalam lingkup istana.
Hal ini pula yang membuat Sanusi menyampaikan bahwa untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik, akan selalu ada orang-orang yang siap menusuk dan menggagalkannya. "Tidak hanya orang jauh, tapi yang perlu diwaspadai adalah orang-orang dekat sekitar kita," tegasnya.
Disinggung terkait pertunjukan ketoprak yang diinisiasi Dinas Pendidikan Kabupaten Malang dengan seluruh pemain dan penabuh gamelannya adalah para pendidik, Sanusi kembali mengacungkan jempolnya.
Menurut Sanusi, perkembangan seni dan budaya sedang menghadapi tantangan serius saat ini. Di tengah gencarnya Pemkab Malang mengoptimalkan sektor pariwisata, seni dan budaya kerap hanya menjadi pelengkap dan selingan saja.
"Kondisi ini perlu diubah terus-menerus. Seni dan budaya kita kaya dan luhur. Ini aset kita yang mampu menggerakkan pembangunan juga. Karena itu, saya apresiasi Dinas Pendidikan yang konsen melestarikan seni dan budaya," ujarnya.
Seni dan budaya khas Kabupaten Malang patut terus dikembangkan dalam upaya menguatkan sektor pariwisata. Tidak hanya budaya asing yang dikuatkan dalam mencapai maksimalisasi manfaat pariwisata bagi masyarakat. Selain itu, dengan seni dan budaya yang terus dimasifkan dan diberi ruang lebih luas, diharapkan bisa menjadi medium bagi generasi muda untuk mengenali dan akhirnya mencintainya.
"Mari kita bersama bergerak untuk hal itu sehingga generasi nanti tidak kehilangan warisan luhur seni dan budaya yang telah ada sejak lama ini," pungkas Sanusi.(dede).