Detail Berita

Yuk, Kenalan dengan Ibu Demi Pristifona, Penggagas Inovasi PHCN Learning Strategy

SUMBERPUCUNG- PHCN Learning Strategy merupakan Inovasi yang diciptakan oleh Guru SD Negeri 9 Sumberpucung, Demi Pristifona. PHCN merupakan singkatan dari Peergogy, Heutagogy, Cybergogy, serta Neuroscience yang mana, menurut Demi ,elemen-elemen ini perlu disinergikan dalam pembelajaran di era society 5.0 ini mengingat siswa-siswa dituntut tidak hanya memiliki kompetensi akademik, tetapi juga keterampilan sosial, peka terhadap diri-sendiri, penguasaan teknologi, serta melatih kinerja otak dalam sebuah pembelajaran.

"Jadi peergogy adalah strategi pembelajaran yang melibatkan kerjasama dan gotong royong antar siswa yang dimaksudkan untuk mengasah keterampilan sosial dan emosional siswa, " ujar bu Demi.

Dijelaskan,  Heutagogy adalah strategi pembelajaran yang mengajak siswa untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar serta  pembelajarannya sendiri. "Jadi siswa itu diharapkan peka,kalau sampah tidak dibuang di tempat sampah, akibat nya apa. Dampaknya apa? Mereka harus sadar itu. Kalau saya ga belajar. Akibatnya apa. Dampaknya apa?. Kita mau menanamkam itu kepada siswa,"tutur Alumni PGSD Universitas Negeri Malang ini.

Sementara itu Cybergogy menurutnya adalah strategi pembelajaran yang mengajak siswa memanfaatkan teknologi digital dalam pembelajaran. Tujuannya, menciptakan pembelajaran yang tidak monoton serta menyenangkan. "Kita ajak anak-anak memanfaatkan laptop serta belajar fitur-fitur yang ada di google semisal bagaimana cara menyimpan data di google drive, bagaimana membuat google form, bagaimana memanfaatkan google sites dan google slide. Itu salah satu contoh yang sudah kami lakukan,"katanya.

Terakhir, Neuroscience adalah strategi pembelajaran yang mengajak siswa mengaktifasi kinerja otak. Misalnya, melalui pembelajaran yang menantang dengan kuis atau game yang menyenangkan. "Atau juga bisa pembelajaran di luar kelas , pembelajaran dengan media musik/film, atau juga mengajak siswa mengamati suatu objek dan mempresentasikannya,"katanya.

Demi menambahkan, Pembelajaran neurosain membutuhkan aktivitas baik itu guru maupun peserta didik, sehingga tidak akan ada lagi pembelajaran pasif dan menegangkan seperti peserta didik hanya terdiam sambil mendengarkan ceramah guru.

"Otak peserta didik tidak akan teraktivasi apabila pembelajaran bersifat pasif. Akibatnya hasil belajar siswa tidak maksimal. Sebaliknya, apabila siswa diajak bergerak, bertanya, serta merespon. Ini akan mengaktifkan area-area otak sehingga pembelajaran berhasil dan bermakna,"pungkas Alumni PPG Unesa ini dan Guru Penggerak angkatan 5 Kabupaten Malang .

Berita Lain